Thursday, November 30, 2006

An Other Cup

Seorang guru spiritual kedatangan seorang profesor yang hendak belajar mengenai rahasia kehidupan secara lebih mendalam

Sang Guru menyiapkan teh. Beliau menuangkan teh seraya menerangkan mengenai rahasia kehidupan manusia, namun penjelasannya selalu disela oleh sang profesor yang statusnya saat itu adalah murid, dengan memberikan pendapatnya tentang apa yang diterangkan Sang Guru.

Sang Guru, sejurus kemudian terus menerus mengisi cangkir Sang Murid dengan teh sampai cangkir itu penuh, dan tetap terus melakukan pekerjaan tersebut

Sang Murid memperhatikan tingkah Sang Guru dalam diam penuh tanda tanya, sampai akhirnya ia tidak dapat menahan dirinya untuk berkomentar

"Cangkir ini sudah sangat penuh, tehnya pun telah meluber. Tidak ada lagi yang dapat masuk ke dalam cangkir ini"

"Engkau seperti halnya cangkir ini, penuh dengan pendapat dan pemikiranmu sendiri. Bagaimana caranya saya dapat menerangkan segala hal bila engkau tidak mengosongkan cangkir mu dulu ?"

(Sumber : CD Album Yusuf : An Other Cup)

Saya Sudah Untung , Pak.. What a way of life

Kemarin malam sekitar jam 21-22, saat pulang lewat Jl. Antasari dari arah Panglima Polim, di dekat pertigaan apartemen (lupa aku namanya), pas lampu merah, aku sedang nunggu, ada seorang bapak-bapak, wis sepuh, tadinya kupikir mau minta-minta. Berhubung sudah malam dan rada-rada syerem, ya tak biarkan saja.
Tetapi, ketika sampai dimobil didepanku, bapak tersebut ternyata menawarkan jualan minuman dalam kemasan gelas plastik, ya, bilang sajalah, air mineral gelasan.

Wah, ini kupikir beliau sedang strugle for life. Aku melihat dari sisi beliau sedang "berusaha". Aku mempergunakan terminologi "beliau", karena setelah ini, semua persepsi-ku berubah total.

Sesaat timbul rasa "iba"-ku. OK lah, bantu-bantu dikit. Jadi, beliau tak panggil mendekat. Aku minta satu gelas air mineral dan kuberi uang 2000 perak. Eh, beliau-nya menjawab,
"ini satu gelasnya cuma 1000 rupiah" dan uang 1000 perak sisanya dikembalikan ke aku.

Kubilang saja, "ambil saja pak"....wah, jawaban berikut-nya yang membuat aku terhenyak.

Beliau menjawab, pelan, tetapi tegas.

"Pak, saya ini jualan. Saya sudah untung dengan 1000 perak. Kalau bapak mau memberi saya 2000, maka bapak harus mengambil 1 gelas lagi".

Duh Gusti, aku benar-benar tertegun. 1000 perak tidak akan membuat kita menjadi kere. Juga dengan 1000 perak aku tidak akan bisa membuat beliau menjadi kaya. Tetapi, nilai kemanusiaan yang paling hakiki yang disampaikan beliau kepadaku, tidak akan pernah ternilai, bahkan dengan gaji 1000 bulanku.

"Saya sudah untung dengan 1000 perak"...kata kata tersebut masih membahana didalam pikiranku...Seandainya...Seandainya...Seandainya.... wah, aku wis gak iso neruske....

terimakasih untuk mas Bambang Satya Murti atas sharing - nya

Saturday, November 18, 2006

Tak tahu berterimakasih ?


Sepertinya, pengemis ada di mana-mana ya
Di jalanan, trotoar, di atas jembatan
Lagak ragamnya juga bermacam-macam
Dari bayi dalam gendongan sampai kakek-kakek dan nenek-nenek
Dari yang sehat segar bugar sampai yang benar-benar berketidakmampuan

Terkadang cara mereka meminta cukup santun, terkadang pula menyebalkan
Demikian pula cara mereka menerima pemberian
Ada yang menerima pemberian dari orang lain seberapa pun jumlahnya dengan senyuman dan ucapan terimakasih
Ada pula yang menerima dengan tanpa ekspresi apa-apa, lempeng aja, datar

Namun saya pernah dikagetkan oleh ulah seorang pengemis yang membuang uang dalam wadah pemintanya, sambil nge-gerendeng (kalau tidak mau dibilang sumpah serapah). Uang yang lemparkan itu terdiri dari pecahan 200an dua dan 100an satu, yang kelihatannya ia dapat dari seorang pejalan kaki.

waks ! Ni pengemis kok ya agak kurang ajar. Rezeki kok ya dibuang toh. Sombong banget. Mbok yao kalau gak mu dikasih receh, bikin aja tulisan tidak terima receh, minimal pemberian Rp. 5,000, batin saya (lah kok saya jadi yang sewot ya.. :p)

Sudah miskin kok ya gitu. Oops, eh, tidak semua pengemis berkantong tipis ya, malah mungkin kantongnya lebih tebal dari pemberinya...

Saya bukannya mau nuduh pengemis itu tidak tahu berterimakasih.. mungkin juga si pemberinya juga memberikannya tidak mengenakkan, tapi yah.. tetap saja itu merupakan pemberian Tuhan melalui orang yang memberi, kalau tak berkenan, ucapkan saja terimakasih tanpa harus dibuang

duh, Gusti..

Saturday, November 11, 2006

Hujan !!

curah hujan yang dinanti-nanti

Akhirnya hujan turun juga setelah sekian lama cuma mendung
Sebenarnya di bilang senang kalau hujan turun ya nggak juga
tapi kalau dibilang gak seneng hujan turun ya nggak juga

Hujan itu di Jakarta identik dengan banjir dan macet. Bikin bete banget kalau hujan di saat jam pulang kantor, karena sudah dapat dipastikan bakal ada kemacetan ada di mana-mana

Mau pulang agak sulit. Kendaraan umum berupa bus atau taxi agak sulit di dapat.
Naik kendaraan umum, gak nyaman, karena saking takutnya sama air hujan, jendelanya ditutup, dan akibatnya di dalam jadi agak pengap. Belum lagi yang bangkunya basah kena air hujan

Naik taxi sama saja susahnya. Banyak banget yang jadi pengguna taxi.
Belum lagi kasus ditolak supir taxi. Waktu memberhentikan taxi, buka pintu, pertanyaan dari sang supir taxi, ke arah mana. Begitu dia tau tujuan sang penumpang daerah yang macet, langsung ditolak. Hampir semua armada taxi begitu.

Naik Ojek ? wa.. sama aja boong kalau gak punya jaket hujan. tetep aja kekuyuban. Udah mana kadang-kadang tukang ojek nya jual mahal lagi

Naik kendaraan pribadi, sama aja. Capek ! Musti sabar-sabar

Tapi hujan juga membawa berkah untuk pengojek payung, juga untuk kita sebenarnya. Paling gak udara jadi segar, gak ada debu..

Hujan itu memang dinanti, walau kadang juga digrendengi.

Wednesday, November 01, 2006

Mabok Fruit Punch

Sebenernya sih ini pengalaman temenku.

Dia, saking senengnya dapet resep baru minuman menyegarkan, langsung dipraktekin waktu jelang lebaran

Dia bikin lah fruit punch yang berbahan sun quick, minuman bersoda (seven up yang kata dia lebih nyos..), irisan jeruk dan buah kaleng. Gak lupa juga es batu

Secara udara menjelang lebaran emang asoi banget puanasnya, dia bikinlah itu fruit punch dan minum sebanyak-banyaknya, sampe bikin berkali-kali.. seger banget katanya

Hasil dari seger-segeran itu adalah.... pas lebaran radang tenggorokan akut nangkring di dia. Jangankan makan, minum aja sakit
Alhasil ketupat dan lauk pauk lengkapnya cuma dianggurin aja ama dia, cuma numpang mejeng di depan matanya

Dasar dia, sudah sakit gitu tetep gak mau makan bubur, maunya ketupat ! Indonesah sekali deh

Akhirannya, begitu agak sembuhan... dia minta dicariin ketupat, ternyata gak ada, yang ada cuma lontong, yang tetep disikat sama dia, gak ada ketupat lontong pun jadi
Ternyata bener ya berlebih-lebihan itu gak baik.. artinya secukupnya aja deh

Terimakasih Tinoy untuk sharingnya

Wednesday, October 04, 2006

"Susah banget dicari, sih"


Itu komentar yang selalu keluar dari beberapa teman yang mencoba menghubungi saya beberapa kali sebelum akhirnya berhasil 'menangkap' saya

Pernah suatu ketika teman saya menelpon di awal jam kerja, begitu saya jawab halo, langsung keluar deh kalimat bernada lega sedikit
"Akhirnya.. kalau gak pagi-pagi gak bakal dapet nih. Lewat jam 10.00 udah gak bisa dipegang lagi"

Saya cuma tertawa sembari bilang kalau saya tidak sesusah itu dicari.

Beneran deh, saya tidak sesusah itu dicari, kebetulan aja timingnya gak tepat. Walau saya akui, waktu itu aktifitas tidak di tempat saya lumayan cukup tinggi...
tapi suwer d.. saya tetep gampang dihubungi kok, kecuali kalau cuti :P

Monday, October 02, 2006





Nah.. ini dia aktivis perempuan yang sempet dateng ke Payon. Karena posisinya tidak berubah... dari kiri atas ke kanan bawah : Luh Putu Ratnawati (Ina), Anna Eva, Vera Rusdy (Aya), Ratih Kartika, Azazi Daulati (Mia), Ernaningsih (Erna), Yuni, Lyn Nurwati (Lyn), Lisa Apriliana (Lisa).

Masih tetep ceria kan.. :D

Thursday, September 28, 2006

Lunch @ Payon


Tanggal 27 Agustus 2006, bertepatan dengan festival Kemang, kita - yang dulunya pernah satu sekolah di SMAN 31 - pada janjian kumpul makan siang, tepatnya ditraktir dan mentraktir, di Payon Kemang, salah satu tempat makan favoritnya penyandang dana :p

Acara ini udah lama dicetusin sih, cuma karena banyaknya kendala- salah satunya penyandang dana yang selalu sibuk berkeliling, akhirnya baru bisa dieksekusi tanggal 27 Agustus itu.

Setelah berbagai huru hara, mulai dari tanya tempat, buta tempat, salah arah, dibuang karena jalur ditutup... akhirnya tetep bisa ngumpul, ngobrol, makan dan.. yang gak boleh ketinggalan, foto-foto :D

Yang dateng, lumayan banyak dan yang buat kita tambah seneng, temen kita, Budi Setiadi, yang bermukim nun jauh di sana (New York kan jauh ya.. :p), bisa ikutan hadir. Kepengennya sih semuanya bisa hadir, cuma kendala waktu kali ya.

Semoga di lain waktu, kita semua bisa kumpul-kumpul lagi dengan jumlah yang lebih banyak :P