Friday, April 06, 2012

Mendadak ngantor

Mendadak libur-libur kudu ngantor, he.. he..
Long week end pula.
Tapi kita nikmati sajalah..

Thursday, March 08, 2012

Ketika

Ketika orang kehilangan arah, jadilah kompas untuk menunjuk arah yang benar
Ketika kehilangan cahaya, jadilah matahari
Ketika kegelapan menerpa, jadilah pelita untuk menerangi

Wednesday, November 02, 2011

Whada day

Entah kenapa, hari ini malas bangun pagi. Tapi tetap harus bersiap ke kantor.
Setelah bersiap, sambil menunggu hubby, baca SMS dari teman mengenai pengunduran diri staf di toko, huff, not a good matter to start a day.

Setelah kita berdua siap, kita menyiapkan mobil. Ternyata oh ternyata, ban mobil kempes. Huff again,..

Kita putuskan, untuk naik taxi. Ternyata di hari ini, Taxi nya agak centil, malas meluncur di jalanan. Setelah menunggu kurang lebih 30 menit muncul lah taxi. Karena hari sudah beranjak agak siang, sudah dipastikan jalanan akan tersendat, huff, it's possible to come to office late.

Finally, after the traffic, we arrived at office late :D. Puff... Ok, girl, start to do your job for today

Tuesday, November 01, 2011

Iseng

coba iseng nulis di tengah kesibukan.
Padahal gak jelas juga sibuk apa :D.

Karena namanya juga iseng, jadi sah-sah saja menulis apapun atau sesuatu yang benar-benar iseng dan gak penting

Thursday, October 27, 2011

Nge-post

Coba nge-post lagi ah di Blog yang merupakan hadiah ulang tahun dari seseorang yang cukup spesial buat aku :D.
Tapi, mau nulis apa ya...

Sunday, July 01, 2007

Terlambat

Tulisan ini dibuat 3 tahun lalu... tapi kelihatannya relevan ya dengan apa yang terjadi sekarang, ketika penerbangan Nasional kita dilarang terbang ke negara Eropa, hiks..

Hari ini saya ditugaskan ke luar kota, dan seperti biasanya, menggunakan angkutan udara. Pihak kantor menginginkan saya pergi dengan penerbangan yang pertama, karena itulah pagi-pagi saya sudah tiba di bandara.
Setelah check in, saya langsung menuju ke ruang tunggu, yang kali ini, mungkin karena musim liburan, menjadi agak penuh. Saya langsung duduk dan mulai membaca tulisan yang diberikan seorang teman, biasalah untuk saling tukar pikiran.
Sedang asyiknya membaca, tiba-tiba terdengar suara announcer menyampaikan permohonan ma’af atas keterlambatan penerbangan menuju Semarang. Sebenarnya saya tidak terlalu peduli dengan pernyataan ma’afnya, hal itu sudah menjadi hal lumrah pada berbagai jenis angkutan umum di negeri ini. Tapi begitu sang announcer menyampaikan alasan keterlambatan itu saya terperangah. Betapa tidak, alasan keterlambatannya karena belum adanya pilot yang akan menerbangkan pesawat tersebut.

Saya tidak habis pikir, bagaimana maskapai penerbangan menyiapkan armadanya. Mereka menyediakan pilihan, tapi tidak siap dengan sumber dayanya. Mereka siap menerima sejumlah uang tapi tidak siap untuk memberi pelayanan.
Para penumpang yang telah berkumpul lebih pagi dari saya, mulai menelpon sanak saudaranya yang berada di kota Semarang, mengabarkan bahwa mereka terlambat berangkat.
Oleh announcer mereka dijanjikan akan diberangkatkan pukul 0740, namun sampai saya boarding pukul 0820, mereka belum juga berangkat....
Walau akhirnya jatah makan mereka di pesawat dibagikan di tempat, sebenarnya sejauh apa sih niat maskapai penerbangan untuk memuaskan penumpangnya. Terpikirkankah oleh mereka waktu yang terbuang dengan adanya keterlambatan itu ?
Mudah-mudahan kasus seperti ini merupakan yang pertama dan terakhir kali saya dengar.
(sa’at akan berangkat ke Jambi, 23 Desember 2004), tapi nyatanya ?

Tukang Gorengan

Ini juga cerita lama.. sekitar 2 tahun lalu, tapi mudah-mudahan kita bisa tetap mengambil hikmahnya

Karena berumah di luar Jakarta, Cikarang tepatnya, saya dan suami harus berangkat kantor lebih pagi dan pasti lewat tol.

Di belokan dekat pintu tol ke arah Jakarta ada tukang gorengan yang nongkrong lengkap dengan angkringannya. Kelihatannya dia selalu pagi-pagi nongkrong di situ. Awalnya kita sempet heran apakah sepagi itu sudah ada yang beli, ternyata ada loh, udah gitu saking semangatnya beli, pembeli itu sampe lompatin pagar tembok pembatas jalan tol dan jalan kampung

Melihat semangat penjual gorengan, saya jadi tersentil, dia saja semangat untuk cari rezeki, mosok saya ogah-ogahan sih. Hari gini loh, di mana kerjaan susah, kenapa saya justru males-malesan, gak bener banget kan...

Di ingatkan

Jujur, saya agak lupa ini kejadian kapan, kalau liat file update nya sih tahun 2005..


Pagi tadi, setelah dari tempat fotokopi, saya pasti melewati kubiknya para sekretaris untuk sampai ke ruang kerja saya.

Biasanya, sebelum saya pindah ke ruangan yang sekarang, saya suka ngobrol dan becanda dengan mereka. Tapi, sekarang semenjak di ruangan yang berjendela, jujur saya akui, agak jarang ngobrol sama mereka, alasannya sih sibuk dengan kerjaan...biasalah...

Nah, tadi saya disapa sama sekretaris departemen tempat saya bernaung. Saya balas sekedarnya sambil trus jalan ke ruangan. Temen saya, sang sekretaris itu langsung komen

"Ih, Mia sekarang sombong deh "

Deg... wah ada yang salah nih. Sehabis menaruh dokumen, saya langsung balik lagi ke kubiknya, sembari bercanda saya tanya aja


"Kamu mau apa Rin..."

Eh, dia cuma cengar cengir aja. Mbak Wiwan salah seorang sekretaris dari departemen lain, karena ikut mendengar, akhirnya komen

"Mana ada yang mau ngomong sama orang keriting sama kamu Rin"

Kebetulan si Rini ini rambutnya keriting

"wah, kok dia yang singit ya Rin" komentar saya sambil becanda...

Rini, cuma cengar-cengir dibercandain gitu (lagi hobby cengar cengir kali dia ya)

Acara becanda ini, selesai ketika Rini dipanggil boss nya, sebelum balik ke kamar, saya sempat meminta makanan, maklum laper...

"Rin, gak punya makanan nih ? Laper"

"Ya nggak ada Mi..."

"Ya sudahlah.." balas saya, kemudian kembali ke ruangan setelah sebelumnya memasukkan uang receh ke celengan babi yang diletakkan Rini di atas meja nya.

Ternyata ada juga yang memperhatikan perubahan saya. Dan saya sangat bersyukur diingatkan, untuk tetap menjalin komunikasi walau hanya sebentar

Serius dan tidak serius



Dulunya saya dibuatkan blog ini sebagai hadiah ulang tahun dari seorang rekan

Kemudian seiring waktu, saya mendapat sedikit kesulitan dengan blog ini, akhirnya pindah ke lain blog, dengan tetap mempertahankan blog ini karena pemberian seseorang.

Ide awal mempertahankan blog ini adalah untuk hal-hal yang serius dan yang satu lagi yang tidak serius.

Tapi ide itu gak berjalan dengan mulus.. buktinya nyaris setahun blog ini tak tersentuh tulisan.
Hari ini, ketika melihat ulang tulisan, eh kok ada yang bisa dimasukkan ke blog ini, ya sudah... mulailah memposting kembali

Thursday, November 30, 2006

An Other Cup

Seorang guru spiritual kedatangan seorang profesor yang hendak belajar mengenai rahasia kehidupan secara lebih mendalam

Sang Guru menyiapkan teh. Beliau menuangkan teh seraya menerangkan mengenai rahasia kehidupan manusia, namun penjelasannya selalu disela oleh sang profesor yang statusnya saat itu adalah murid, dengan memberikan pendapatnya tentang apa yang diterangkan Sang Guru.

Sang Guru, sejurus kemudian terus menerus mengisi cangkir Sang Murid dengan teh sampai cangkir itu penuh, dan tetap terus melakukan pekerjaan tersebut

Sang Murid memperhatikan tingkah Sang Guru dalam diam penuh tanda tanya, sampai akhirnya ia tidak dapat menahan dirinya untuk berkomentar

"Cangkir ini sudah sangat penuh, tehnya pun telah meluber. Tidak ada lagi yang dapat masuk ke dalam cangkir ini"

"Engkau seperti halnya cangkir ini, penuh dengan pendapat dan pemikiranmu sendiri. Bagaimana caranya saya dapat menerangkan segala hal bila engkau tidak mengosongkan cangkir mu dulu ?"

(Sumber : CD Album Yusuf : An Other Cup)

Saya Sudah Untung , Pak.. What a way of life

Kemarin malam sekitar jam 21-22, saat pulang lewat Jl. Antasari dari arah Panglima Polim, di dekat pertigaan apartemen (lupa aku namanya), pas lampu merah, aku sedang nunggu, ada seorang bapak-bapak, wis sepuh, tadinya kupikir mau minta-minta. Berhubung sudah malam dan rada-rada syerem, ya tak biarkan saja.
Tetapi, ketika sampai dimobil didepanku, bapak tersebut ternyata menawarkan jualan minuman dalam kemasan gelas plastik, ya, bilang sajalah, air mineral gelasan.

Wah, ini kupikir beliau sedang strugle for life. Aku melihat dari sisi beliau sedang "berusaha". Aku mempergunakan terminologi "beliau", karena setelah ini, semua persepsi-ku berubah total.

Sesaat timbul rasa "iba"-ku. OK lah, bantu-bantu dikit. Jadi, beliau tak panggil mendekat. Aku minta satu gelas air mineral dan kuberi uang 2000 perak. Eh, beliau-nya menjawab,
"ini satu gelasnya cuma 1000 rupiah" dan uang 1000 perak sisanya dikembalikan ke aku.

Kubilang saja, "ambil saja pak"....wah, jawaban berikut-nya yang membuat aku terhenyak.

Beliau menjawab, pelan, tetapi tegas.

"Pak, saya ini jualan. Saya sudah untung dengan 1000 perak. Kalau bapak mau memberi saya 2000, maka bapak harus mengambil 1 gelas lagi".

Duh Gusti, aku benar-benar tertegun. 1000 perak tidak akan membuat kita menjadi kere. Juga dengan 1000 perak aku tidak akan bisa membuat beliau menjadi kaya. Tetapi, nilai kemanusiaan yang paling hakiki yang disampaikan beliau kepadaku, tidak akan pernah ternilai, bahkan dengan gaji 1000 bulanku.

"Saya sudah untung dengan 1000 perak"...kata kata tersebut masih membahana didalam pikiranku...Seandainya...Seandainya...Seandainya.... wah, aku wis gak iso neruske....

terimakasih untuk mas Bambang Satya Murti atas sharing - nya